Anak IQ tinggi apakah memiliki tingkat inteligensi tinggi?

Pernah nggak kita melihat ketika ada anak belajar bersama-sama dengan materi yang sama tetapi ada anak yang lebih cepat, lebih cakap dalam melakukan tugasnya? Pasti pernah. Hal ini dipengaruhi oleh faktor intelegensi anak lho. Ada anak yang hanya memerlukan waktu yang singkat dalam menyelesaikan tugasnya, ada juga anak yang membutuhkan waktu lama dalam mengerjakan tugasnya. Itu dipengaruhi oleh tinggi rendahnya intelegensi yang dimiliki masing-masing anak. Sebagian orang mengenal intelegensi sebagai kecerdasan, kepandaian, kepintaran, atau istilah apapun yang memiliki makna yang sama. Dalam artian luas inteligensi merupakan suatu kemampuan untuk mencapai prestasi dalam bidang apapun. Sedangkan artian sempitnya adalah kemampuan untuk mencapai prestasi hanya dalam bidang akademik. Inteligensi mempunyai hubungan dengan prestasi, bakat, dan kreativitas anak. Anak yang mempunyai bakat pasti mempunyai tingkat inteligensi yang sangat tinggi dan pasti sangat cerdas. Bakat seringkali dihubungkan dengan kreativitas. Menurut Clark (1997:50) Ekspresi tertinggi dari keterbakatan adalah kreativitas. Jika inteligensi adalah kecerdasan, kepandaian, kepintaran apakah artinya anak mempunyai IQ yang tinggi? Ya pasti, karena inteligensi seringkali dihubungkan dengan kreativitas, dan orang yang mempunyai kreativitas yang tinggi pasti memiliki IQ yang tinggi. Akan tetapi orang yang ber IQ tinggi belum tentu kreatif atau bisa dibilang orang yang ber IQ tinggi belum tentu memiliki tingkat inteligensi yang tinggi. Kreativitas berhubungan dengan IQ akan tetapi IQ tidak dapat secara langsung mengukur kreativitas. Intelegensi juga berhubungan dengan prestasi, Inteligensi berhubungan dengan prestasi akademik anak, seperti nilai rapot kelulusan, dan sebagainya. Walaupun begitu, perlu kita tahu bahwa inteligensi hanyalah salah satu faktor dari prestasi anak. Ada hal-hal lain yang menunjang prestasi anak. Menurut Spearman, ada dua faktor yang mempengaruhi intelegensi. Yaitu General Inteligensi dan Specific Inteligensi. General inteligensi merupakan faktor yang terdapat pada semua inteligensi. Namun, dengan tingkat yang berbeda. Contohnya bakat yang dimiliki anak sejak lahir. Sedangkan faktor Specific Inteligensi merupakan diperoleh dan dipelajari dari lingkungan. Faktor ini terdapat pada hal tertentu saja, misalnya seseorang yang berbakat dalam suatu bidang tertentu. Ini berhubungan dengan ingatan, latihan, serta pengalaman. Ada 6 teori umum intelegensi, yaitu Teori general inteligensi, Teori specific inteligensi, teori pembawaan, teori kematagan, teori minat, dan teori kebebasan. Teori yang pertama adalah teori general inteligensi. Yang pertama adalah teori general intelegensi, Teori ini merupakan faktor yang terdapat pada semua inteligensi. Namun, dengan tingkat yang berbeda. Contohnya bakat yang dimiliki anak sejak lahir. Yang kedua adalah teori specific inteligensi. Teori ini diperoleh dan dipelajari dari lingkungan. anak sejak lahir. Sedangkan faktor Specific Inteligensi merupakan diperoleh dan dipelajari dari lingkungan. Faktor ini terdapat pada hal tertentu saja, misalnya seseorang yang berbakat dalam suatu bidang tertentu. Ini berhubungan dengan ingatan, latihan, serta pengalaman. Yang ketiga adalah teori pembawaan. Teori pembawaan ini meyakini bahwa Sifat atau ciri orang sejak lahir yang menentukan pembawaan seseorang. Teori yang keempat adalah teori kematangan. Menurut teori kematangan ini manusia mencapai tingkat kematangan apabila semua organ didalam tubuhnya telah bekerja normal. Contohnya, apabila ada seorang anak yang belum bisa memecahkan masalahnya sendiri, maka itu artinya organ serta fungsi organ tubuh anak belum mencapai tingkat kematangan yang sesuai dengan yang seharusnya dihadapi. Tingkat kematangan ini berhubungan sangat erat dengan umur atau usia. Yang kelima adalah teori minat. Menurut teori minat ini seseorang untuk mencapai tujuannya melakukan minat yang mengarahkan untuk mencapainya. Teori yang terakhir adalah teori kebebasan. Menurut teori kebebasan seseorang dapat memecahkan masalah sesuai dengan yang mereka mau. Tahun 1983 Howard Gardner menulis buku Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences. Gardner adalah profesor psikologi di Harvard Graduate School of Education. Ia mengemukakan bahwa kecerdasan bukan kemampuan tunggal melainkan beberapa kemampuan intelektual yang relatif tak terkait satu sama lain. Semula dalam teori Kecerdasan Majemuknya, ia mengajukan 7 jenis kecerdasan yakni, Kecerdasan logis-matematis, yaitu kemampuan mendeteksi bermacam pola atau prinsip-prinsip dasar sebab akibat, berpikir logis, berpikir dengan abstraksi dan angka, bernalar secara deduktif dan menyelesaikan operasi-operasi matematis. Mereka bisa diajar melalui permainan logika, investigasi, dan teka-teki. Mereka biasanya belajar dengan melihat konsep dasarnya lebih dulu sebelum menyentuh detailnya. Kecerdasan verbal-linguistik, yaitu kecerdasan yang meliputi penguasaan bahasa lisan dan tulis untuk mengungkapkan diri atau mengingat bermacam hal. Orang dengan kecerdasan verbal-linguistik tinggi biasanya mahir membaca, menulis, bercerita dan mengingat kata-kata dan tanggal. Mereka belajar dengan baik jika didorong mengucapkan dan melihat kata-kata dan membaca buku. Alat bantu seperti computer, games, multimedia, buku, alat perekam, dan pelajaran dimana si pengajar banyak berbicara. Dua jenis kecerdasan ini diukur dalam test IQ dan sering tercermin dalam kegiatan akademik di sekolah. Kecerdasan spasial, yakni kemampuan mengenali dan memanipulasi pola-pola di ruang yang luas seperti yang terlihat pada kemampuan para pilot atau navigator. Selain itu, kecerdasan ini juga berkenaan dengan kemampuan mengenali dan memanipulasi ruang-ruang terbatas seperti terdapat pada para pematung, arsitek, atau juara catur. Kecerdasan jenis ini juga mudah dikenali ketika seorang arsitek sedang memvisualisasikan sebuah rancangan bangunan. Kecerdasan musikal, yakni kemampuan mengenali suara dan menyusun nada, irama, dan berbagai pola dan menggunakannya untuk tampil atau membuat komposisi musik. Orang yang tinggi kecerdasan musikalnya biasanya menangkap pelajaran dengan baik lewat ceramah atau mendengarkan lagu atau musik. Alat yang bisa membantu proses belajarnya misalnya instrument musik, music itu sendiri, radio, stereo, CD-ROM, multimedia. Kecerdasan kinestetik, yakni kemampuan menggunakan bagian-bagian tubuh atau seluruh tubuh untuk menyelesaikan masalah atau menciptakan produk baru. Para atlit, penari, actor, polisi, tentara, dokter bedah dan pengrajin cenderung punya kemampuan tinggi di jenis kecerdasan ini. Mereka suka menggambar, bermain jigsaw puzzles, membaca peta, berangan-angan (daydream). Mereka belajar lebih efektif melalui gambar, atau bentuk-bentuk dengan memakai model, grafis, diagram, foto, gambar tangan, model 3 dimensi, video, TV, multimedia, buku teks bergambar. Kecerdasan interpersonal, yaitu kecerdasan yang menunjukkan kemampuan mengenali maksud, perasaan, mood, temperamen dan motivasi orang lain. Mereka belajar lebih efektif melalui kegiatan kelompok, seminar, dan dialog. Orang yang menonjol pada jenis kecerdasan ini mampu bekerja dalam kelompok dengan baik (team player) dan bisa memilih bidang kerja seperti misalnya tenaga penjualan, pengajar, pemimpin umat, manajer, pekerja sosial, konselor atau politik. Kecerdasan intrapersonal, yaitu kemampuan memahami diri sendiri. Orang yang punya kecerdasan intrapersonal tinggi mampu mengenali kekuatan dan kelemahannya, apa yang membuatnya unik, dan mampu memprediksi reaksi atau emosinya sendiri. Jadi mereka bisa memakainya untuk memecahkan berbagai masalah dan mengatur hidupnya sendiri dengan baik. Kemudian di tahun 1998 Gardner mengajukan 3 jenis kecerdasan lain, Kecerdasan naturalis, yakni kemampuan mengenali dan mengelompokkan berbagai spesies, baik flora maupun fauna, batuan, jenis-jenis pegunungan yang ada di lingkungannya. Kecerdasan ini sangat bermanfaat di masa lalu ketika manusia hidup dari berburu dan bercocok tanam. Kini kemampuan ini diperlukan di kalangan ahli botani, chef, dan lain-lain. Kecerdasan spiritual – eksistensial (Gardner tidak terlalu yakin mengajukan jenis Spiritual dan Eksistensial ini sebagai kecerdasan) Jadi jelas, tiap orang punya kombinasi kecerdasan yang berlainan satu sama lain. Bahkan dua anak kembar identik pun tidak mungkin punya tingkat yang sama di tiap jenis kecerdasannya. Tidak sedikit anak istimewa jadi korban system sekolah yang hanya mengukur kecerdasan bahasa dan logika matematika. Ini seperti menyuruh gajah, kelinci, buaya, burung dan monyet memanjat pohon. Yang berhasil diberi predikat ‘hebat’ dan yang gagal dianggap tidak kompeten. Tentu saja hanya monyet yang lulus ujian. Yang lain dinilai lemah sebab mereka tidak diuji di bidang kelebihan masing-masing. Teori Gardner ini sekaligus mengajak pendidik dan orang tua untuk lebih memperhatikan anak sesuai keunggulan unik masing-masing. Tidak ada lagi anak bodoh, sebab yang lemah di satu atau dua jenis kecerdasan mungkin sangat istimewa pada jenis-jenis kecerdasan yang lain. Kisah Michael Ifianto bisa menjadi contoh pas. Teori Multiple Intelligences ini telah melahirkan banyak macam psiko tes, mulai dari yang sederhana dengan jenis pertanyaan seperti quiz di majalah sampai yang serius dan canggih yang mahal. Yang perlu diingat adalah jangan menganggap psiko tes seperti ramalan nasib. Test Kecerdasan Majemuk ini hanya sekedar memberi gambaran peta kecerdasan seseorang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Behavioristik, Kognitif, dan Kecerdasan ganda.

TEORI PERKEMBANGAN JAEN PIAGET!

Asumsi dasar Teori Vygotsky