PROBLEM BASED LEARNING

Problem Based Learning atau yang sering dikenal dengan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) menurut Barret, hal ini terbentuk karena didasari oleh hasil penelitian Barrow dan Tamblyn yang diimplementasikan pada sekolah kedokteran di McMaster Kanada3 Problem Based Learning ini diterapkan sebagai pendekatan pembelajaran karena dianggap sangat efektif intuk menunjang perkembangan intelektual anak dalam memecahkan masalah. Maka dari itu, sekolah yang menerapkan pendekatan ini selalu meminta siswanya untuk memecahkan suatu permasalahan yang telah diberikan berdasarkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki. Pembelajaran Berbasis Masalah diterapkan karena pada dasarnya pembelajaran dapat dicapai apabila pendidikan didasarkan pada permasalahan yang relevan, otentik dan dijelaskan dalam bentuk konteks. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar siswa memiliki pengalaman yang dapat dijadikan pegangan untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi mengatakan bahwa PBL merupakan proses belajar yang memanfaatkan masalah sehingga anak dituntut untuk mencari informasi (inquiry) agar dapat memecahkan masalah tersebut. Ada empat langkah yang dapat dilakukan dalam penerapan PBL, yaitu: Menerima masalah yang relevan berdasarkan materi yang diberikan guru, Mencari data yang relevan dari berbagai sumber untuk memecahkan masalah, Menggabungkan data yang sudah dicari dan mengaitkannya dengan permasalahan yang diangkat, Menganalisis strategi PBL yaitu belajar dengan memanfaatkan masalah yang ada, setelah itu anak akan mencari solusinya. Perkembangan pendidkan dari tahun ke tahun selalu mengalami perubahan pembelajaran dari Teaching Centered Learning menjadi Student Centered Learning. Hal ttersebut dapat diindikasi dengan adanya perubahan cara pandang beberapa hal dalam suatu pembelajaran, yaitu: Pengetahuan, dipandang sebagai sesuatu yang sudah tersedia dan disampaikan oleh guru kepada anak-anak, menjadi sebuah hasil dari transformasi oleh pembelajar., Belajar, proses menerima pengetahuan, mencari dan mengembangkan pengetahuan yang didapat, Pembelajaran, guru menyampaikan pengetahuan terhadap siswa dan bergabung dengan mahasiswa untuk membentuk pengetahuan. Adanya cara pandang ini maka pembelajaran Student Centered Learning (SCL) menciptakan sebuah prinsip, yaitu: Pengetahuan dipandang sebagai sesuatu yang belum lengkap, Proses belajar dipandang sebagai proses untuk merekonstruksi dan mencari pengetahuan yang akan dipelajari, Proses pembelajaran tidak lagi dipandang sebagai proses pengajaran yang dilakukan secara klasikal dan juga bukan proses untuk menjalankan perintah baku yang dirancang. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Barrow mengatakan bahwa ada beberapa karakteristik yang terdapat dalam PBL yaitu 1. Learning is studend-centered, Proses pembelajaran dalam pendekatan ini lebih menekankan pada keaktifan siswa sebagai pembelajar. PBL juga didukung oleh teori konstruktivis yang mana siswa akan dituntun untuk mengembangkan pengetahuannya sendiri. 2. Authentic problems form the organizing focus for learning, Siswa diberikan permasalahan yang otentik agar mereka mampu memahami masalah yang sedang terjadi dan dapat menerapkannya dalam kehidupannya mendatang. 3. New information is acquired through self-directed learning, Ketika memecahkan suatu permasalahan, kemungkinan sebagian siswa belum mengetahui dan memahami pengetahuan yang dirujuk. Maka dari itu, siswa akan mencari sendiri pengetahuan atau informasi yang sesuai dari berbagai sumber. 4. Learning occurs in small groups, Untuk membangun pengetahuan secara kolaboratif maka akan terjadi interaksi antar siswa dan guru, jadi PBL akan dibentuk dalam kelompok kecil sehingga memudahkan siswa untuk saling bertukar ide. 5. Teachers act as facilitators, Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan harus selalu memberikan pengawasan terhadap perkembangan kegiatan dan memberikan dorongan agar anak dapat mencapai target yang telah ditentukan. Metode pembelajaran problem based learning merupakan pendekatan pembelajaran yang bertujuan untuk menerapkan masalah yang terjadi di dunia nyata6 . Dengan adanya hal ini, siswa akan dilatih untuk berpikir kritis dan menemukan solusi dari sebuah permasalahan. Adapun langkah-langkah yang bisa digunakan untuk melaksanaakan metode PBL, yaitu: a. Orientasi siswa pada masalah Tahap awal yang perlu dilakukan yaitu menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai kepada siswa. Setelah itu, guru harus menyiapkan suatu permasalahan yang harus dipecahkan oleh siswa. Masalah ini disiapkan dengan tujuan agar rasa ingin tahu siswa dapat berkembang, meningkatkan kemampuan analisis dan juga inisiatif anak. b. Mengorganisasi siswa Setiap anggota kelompok wajib menyampaikan informasi yang diketahui mengenai permasalahan yang sedang dipecahkan. Dengan adanya penyampaian informasi, maka secara tidak langsung akan terjadi diskusi antar anggota yang membahas mengenai informasi faktual dan informasi yang dimiliki siswa. Pada tahapan inilah brainstorming akan terjadi dan tugas guru yaitu membantu siswa mengorganisasikan informasi yang relevan sesuai dengan permasalahan yang diangkat. c. Memimbing penyelidikan Tujuan dari tahapan ini yaitu untuk menuntun siswa dalam mengumpulkan informasi yang relevan, melaksanakan eksperimen, serta mendapat insight untuk memecahkan masalah. d. Mengembangkan hasil Metode belajar PBL ini dapat membantu siswa untuk merencanakan dan menyajikan hasil karya. Beberapa diantaranya yaitu seperti laporan, model, video ataupun dengan membagi tugas kepadaa setaip anggota. e. Analisis dan evaluasi Pada tahap ini siswa akan diarahkan untuk melakukan evaluasi dan refleksi dalam setiap proses yang telah dijalankan dalam penelitian. Bagian yang sudah dianalisis akan dikelompokkan sesuai dengan urutannya seperti bagian mana yang paling menunjang, bertentangan, dsb. Untuk melakukan penilaian pada metode problem based learning maka harus digunakan preosedur-prosedur penilaian yang sesuai dengan tujuan pengajaran yang ditargetkan dan yang paling utama yaitu guru harus mendapatkan informasi penilaian yang valid. Prosedur penilaian pada model pembelajaran ini tidak hanya cukup dengan tes tulis saja, tetapi dapat dilakukan dengan cara lain seperti checklist, perfomance dan reating scales. Penilaian yang digunakan untuk mengukur potensi peserta didik dalam mengatasi masalah dapat dilakukan dengan cara perfomence. Penilaian yang digunakan harus menghasilkan rincian tentang permasalahan yang diangkat, mendiagnosa masalah dan memulai kembali proses penyelesaian yang baru . Salah satu tantangan terbesar bagi guru yaitu menjaga siswanya agar tetap termotivasi dan terlibat disetiap kegiatan kelas. Adanya siswa yang memiliki kemampuan berbeda-beda disetiap bidang akan menyebabkan sedikit masalah yang tidak terstruktur dengan baik. Sebagai bagian dari roleplaying, guru akan selalu bertindak sebagai fasilitator dan pengawas disetiap kegiatan yang dilakukan anak-anak, serta sebagai penilai yang sesuai dan realistis. Dalam konteks ini, kegiatan tidak lagi sellalu berkaitan dengan kelas, tetapi juga berhubungan dengan permasaahan yang terjadi di masyarakat

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Behavioristik, Kognitif, dan Kecerdasan ganda.

TEORI PERKEMBANGAN JAEN PIAGET!

Asumsi dasar Teori Vygotsky